Langsung ke konten utama

Selesaikan Urusan Dengan Manusia

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam pernah duduk-duduk dengan para sahabatnya, lalu berkata: "Sebentar lagi akan ada penghuni surga lewat dijalan ini.". Sahabat bertanya: "Siapakah dia wahai Rasulullah?". Rasulullah tidak menjawab. Sesaat kemudian ada salah seorang sahabat lewat di hadapan mereka.

Lalu esoknya, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam kembali duduk-duduk dengan para sahabat, dan berkata: "Sebentar lagi akan ada penghuni surga lewat dijalan ini.". Sahabat kembali bertanya: "Siapakah dia wahai Rasulullah?". Rasulullah pun tidak menjawab. Sesaat kemudian sahabat yang kemarin kembali lewat di hadapan mereka.

Esoknya lagi, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam kembali duduk-duduk dengan para sahabat, dan berkata: "Sebentar lagi akan ada penghuni surga lewat dijalan ini.". Sahabat kembali bertanya: "Siapakah dia wahai Rasulullah?". Rasulullah masih tidak menjawab. Sesaat kemudian sahabat yang sama lewat di hadapan mereka lagi.

"Tidak salah lagi, dialah yang dimaksud rasulullah." kata salah seorang sahabat sambil menunjuk orang yang lewat di hadapan mereka tadi. Lalu mereka pun menghampirinya dan bertanya: "Amalan apa yang kamu punya sehingga engkau dikatakan penghuni surga oleh Rasulullah." seorang tadi menjawab, "Aku bersyukur kepada Allah jika Rasulullah mengatakan demikian, tapi sungguh aku tidak memiliki amalan apapun kecuali sama dengan apa yang biasa kalian lakukan.". Para sahabat tidak percaya, lalu mereka memutuskan untuk menginap di rumah sahabat penghuni surga itu.

Sampailah para sahabat menginap di rumah sahabat penghuni surga. Namun mereka kecawa karena tidak menemukan amalan khusus apapun yang sahabat itu lakukan. Sholatnya sama, tahajjud sama, mengajinya sama, sama sekali tidak ada perbedaan. Lalu para sahabat pulang ke rumah mereka masing-masing.

Kemudian para sahabat memutuskan untuk menginap kembali, karena mereka sangat ingin mengetahui amalan apa yang dimiliki sahabat penghuni surga tersebut. Tetapi, mereka kembali kecewa karena tidak menemukan amalan khusus apapun yang sahabat itu lakukan. Sholatnya sama, tahajjud sama, mengajinya sama, sama sekali tidak ada perbedaan. Merekapun kembali pulang.

Para sahabat masih tidak menyerah, mereka kembali menginap di rumah sahabat penghuni surga itu. Lagi-lagi, mereka kembali kecewa karena tidak menemukan amalan khusus apapun yang sahabat itu lakukan. Sholatnya sama, tahajjud sama, mengajinya sama, sama sekali tidak ada perbedaan.

Lalu para sahabat berkata, "Aku akan pulang, dan tidak akan menginap lagi, aku tidak menemukan amalan khusus apapun yang kamu lakukan. Sholat kita sama, tahajjud kita sama, mengaji kita sama, tidak ada perbedaan.". Lalu mereka meninggalkan rumah sahabat penghuni surga itu.

Sesaat kemudian sahabat penghuni surga itu memanggil para sahabat yang berniat pulang itu dan berkata: "Kemarilah, sungguh kalian ingin tau apa amalan yang aku lakukan?" Para sahabat menjawab, "Iya, kami sangat ingin mengetahuinya." Sahabat penghuni surga itu menjawab, "Sesaat sebelum tidur, aku selesaikan urusanku dengan manusia, aku maafkan segala kesalahan mereka.". Lalu para sahabat pulang. 

Betapa mulianya memaafkan. Firman Allah dalam surat Asy Syura ayat 40,

Maka barang siapa mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syura: 40).

Sekian.

Tulisan ini dibuat berdasarkan hikmah dari kultum sholat Magrib di salah satu Masjid di Kota Bondowoso. Cerita yang sebenarnya lebih baik dari pada yang termuat dalam tulisan ini. Serta, pembaca masih bisa mencari tulisan dengan versi yang lebih lengkap, seperti rujukan dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa Sallam. 

-Mansyur Efendi-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengingat Kebenaran

Adab berteman, bermasyarakat, atau bersosial merupakan sifat sosial manusia itu sendiri. Memberikan manfaat sosial terhadap sesama makhluk sosial. Dalam Islam, tugas seorang muslim yaitu dengan memberikan pemahaman yg benar adalah benar, dan salah adalah salah sesuai dengan apa yang ia pahami dalam syariat Islam. Tidak ada maksud maksud lain seperti meggunjing (ghibah), dan memberikan penilaian negatif kepada orang lain tanpa adanya kebanaran yang terjadi, ini bisa menjadi fitnah. Menjadi pemicu kebisingan sosial yang mengganggu keharmonisan dalam berkehidupan dan bermasyarakat. Dalam Islam ada tradisi 'Saling Mengingatkan' yang berarti mengarahkan kembali kepada garis kebenaran. Dengan tujuan meluruskan yang salah sebagai bentuk manfaat yang diberikan manusia satu terhadap manusia yang lainnnya. Kata 'Saling' mengandung arti hubungan timbal balik. Sebagai contoh, "Jika kamu salah, aku yang akan mengingatkan, atau orang lain yang mengingatkan, dan jika aku salah,

Menaruh Harapan

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud (Wikipedia). Harapan merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia sebagai bentuk dari ekspresi atau keinginan yang akan dicapai. Wujud dari harapan adalah adanya kepercayaan dalam diri bahwa akan ada kebaikan yang datang menghampiri sesuai dengan keinginan hati. Hal ini dinilai sebagai bagian dari ikhtiar yang ditujukan pada pemikiran positif dan optimis akan sesuatu. Pada tanggal 1 Muharram 1439 Hijriah menjadi media untuk berharap, menemani rentetan usaha yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan. Tahun yang lalu merupakan pelajaran penting yang bisa diambil hikmah dari setiap kejadian pahit dan manis yang dialami. Bilamana terdapat kesalahan, cara terbaik yang dilakukan adalah berben