Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Hukum Shalat Tahiyyatul Masjid

Dari Abu Qatadah As Sulami radhiallahu'anhu, Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: إذا دخَلَ أحدُكم المسجدَ، فلا يجلسْ حتى يركعَ ركعتينِ          "Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka janganlah duduk hingga ia shalat dua rakaat" (HR. Bukhari no. 444, Muslim no. 714). Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu'anhu, ia berkata: جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ ، فَجَلَسَ ، فَقَالَ لَهُ : ( يَا سُلَيْكُ ، قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ ، وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا)، ثم قال: (إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ ، فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ ، وَلْيَتَجَوَّزْ فِيهِمَا       "Sulaik Al Ghathafani datang di hari Jum'at ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sudah berkhutbah. Sulaik pun duduk. Maka Nabi bersabda: wahai Sulaik, berdirilah kemudian shalat dua rakaat dan percepatlah shalatnya". Kemudian setelah itu Nabi bersab

Dari Masjid Kita Bangkit

Masjid memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan dakwah Islam dan penyebaran syiar-syiar agama Islam. Di sanalah tempat didirikan sholat jama’ah dan berbagai kegiatan kaum muslimin. Seluruh manusia yang membawa perbaikan terhadap umat Islam ini, merupakan produk  ‘jebolan pendidikan’  yang berawal mula dari masjid. Keutamaan Masjid Masjid merupakan sebaik-baik tempat di muka bumi ini. Di sanalah tempat peribadatan seorang hamba kepada Allah, memurnikan ibadahnya hanya untuk Allah semata. Dari sanalah titik pangkal penyebaran tauhid. Allah telah memuliakan masjid-masjid-Nya dengan tauhid. Allah  ta’ala  berfirman (yang artinya), “ Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah” . (QS. Al Jin: 18) Tidak ada tempat yang lebih baik dari pada masjid Allah di muka bumi. Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  “Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu

Hakikat Iman dan Tanda-tandanya

Wahai kaum Muslimin, marilah kita bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla , menolong agama-Nya dan selalu berbuat taat kepada-Nya agar Dia memberikan pertolongan dan pahala-Nya kepada kita. Allah Azza wa Jalla berfirman: وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ      Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. [al-Hajj/22:40-41] Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya iman itu tidak diperoleh hanya dengan berangan-angan, tidak pula dengan berhias secara fisik, akan tet

Hakikat Cinta Kepada Allah

Khotbah Jum’at dari Masjid Nabawi, 15 Rajab 1437 H Oleh: Syekh Abdul Bari Bin Awadh Al-Tsubaiti Khotbah Pertama Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam tenantiasa tercurah kepada Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- beserta segenap keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejaknya. Selanjutnya. Cinta kepada Allah merupakan konsekuensi keimanan. Tidak akan sempurna tauhid (peng-Esaan) kepada Allah hingga seorang hamba mencintai Tuhannya secara sempurna. Kecintaa tidak bisa didefinisikan dengan lebih jelas keculai dengan kata “kecintaan” itu sendiri. Dan tidak bisa disifatkan dengan yang lebih jelas seperti kata “kecintaan ” itu sendiri. Tidak ada sesuatu yang esensinya patut dicintai dari segala sisi  selain Allah, yang memang tidak boleh ada penyembahan, peribadatan, ketundukan dan kepatuhan serta kecintaan yang sempurna kecuali hanya kepada Nya –subhanahu wa ta’ala-.  Cinta kepada Allah, bukanlah sembarang cinta; tidak ada suatu apapun ya

Tata Cara Menyembelih Sesuai Sunnah

Tata cara menyembelih hewan ada 2: Nahr  [arab: نحر], menyembelih hewan dengan melukai bagian tempat kalung (pangkal leher). Ini adalah cara menyembelih hewan unta. Allah berfirman, وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُم مِّن شَعَائِرِ الله لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ الله عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا          Telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu bagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah…  (QS. Al Haj: 36) Ibnu Abbas  radhiallahu ‘anhuma  menjelaskan ayat di atas, (Untanya) berdiri dengan tiga kaki, sedangkan satu kaki kiri depan diikat. ( Tafsir Ibn Katsir  untuk ayat ini) Dari Jabir bin Abdillah  radhiallahu ‘anhuma , beliau mengatakan, bahwa Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  dan para sahabat menyembelih unta dengan posisi kaki kiri depan diikat dan ber

Mendulang Faidah dari Hadits Perpecahan Umat

Hadits Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perpecahan umat . Perpecahan kaum muslimin dalam agama, sebagaimana yang kita saksikan pada zaman sekarang ini, telah jauh-jauh hari dikabarkan oleh Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Diriwayatkan dari sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan  radhiyallahu ‘anhu,  beliau menceritakan, أَلَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِينَا فَقَالَ: أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ: ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَهِيَ الْجَمَاعَةُ        “Ketahuilah, ketika sedang bersama kami Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlu kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan m

Memperioritaskan Akhlak Kepada Allah

Memperbaiki akhlak, salah satu misi dakwah Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam . Di antara salah satu misi dakwah Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ          “Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.”  (HR. Ahmad no. 8952 dan Al-Bukhari dalam  Adaabul Mufrad  no. 273. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam  Shahih Adaabul Mufrad. ) Dalam hadits di atas, Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  mengatakan “menyempurnakan akhlak”; dan bukan mengajarkan akhlak dari nol setelah sebelumnya tidak tahu sama sekali. Hal ini karena dulu masyarakat musyrik jahiliyyah telah memiliki sebagian bentuk akhlak yang luhur sebelum diutusnya Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam,  di antaranya adalah menepati janji; memuliakan tamu; dan suka memberi makan orang yang membutuhkan. Sehingga akhlak-akhlak yang baik

Meraih Khusyu' Dalam Sholat

Seiring dengan banyaknya kesibukan duniawi, khusyu’ dalam shalat menjadi sesuatu yang amat sulit dicapai. Padahal shalat adalah induknya seluruh ibadah, yang bila ia baik maka baiklah ibadah-ibadah lainnya. Namun bila ia rusak karena tidak  khusyu’  umpamanya, maka ibadah-ibadah lainnya akan terpengaruh. Berikut ini adalah tips sederhana yang insya Allah dapat membantu anda untuk khusyu’ dalam shalat. Akan tetapi kuncinya ialah konsentrasi, konsentrasi, dan konsentrasi. Tips ini takkan berguna jika sedari awal anda tidak konsentrasi pada shalat. Karenanya, usahakan agar sebelum shalat anda dalam kondisi tenang. Lebih baik jika Anda telah berada di mesjid atau mushalla anda sebelum adzan berkumandang, agar memiliki waktu luang untuk konsentrasi dan menenangkan pikiran, baru kemudian ikuti tips di bawah. Tahukah Anda, bahwa setiap gerakan dan ucapan dalam shalat memiliki makna dan jawaban tertentu? Tidak tahu? Kalau begitu perhatikan tips berikut dengan baik. Melepas alas

Manajemen Waktu Belajar Agama

Seperti yang kita ketahui bahwa seorang Muslim wajib belajar agama. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ       "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224) Meskipun pada jaman ini sudah memasuki jaman milenial (jaman now), waktu begitu cepat. Manusia membutuhkan porsi waktu yang besar untuk melakukan segala aktifitas sehari-hari. Sehingga belajar agama bukan menjadi suatu perioritas namun sekedar pengisi waktu luang. Ada satu kaidah.. "Barangsiapa yang tergesa-gesa meraih sesuatu sebelum tiba waktunya, maka dia akan dihukum dengan tidak boleh mendapatkan hal itu.". Sebagai permisalan pelajar yang dituntut untuk belajar cepat dengan kurikulum yang cepat. Untuk itu ada kiat-kiat istiqomah dalam belajar agama dengan waktu yang singkat, sedangkan aktifitas kita begitu sibuk. in