Seperti yang kita ketahui bahwa seorang Muslim wajib belajar agama. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)
Meskipun pada jaman ini sudah memasuki jaman milenial (jaman now), waktu begitu cepat. Manusia membutuhkan porsi waktu yang besar untuk melakukan segala aktifitas sehari-hari. Sehingga belajar agama bukan menjadi suatu perioritas namun sekedar pengisi waktu luang.
Ada satu kaidah.. "Barangsiapa yang tergesa-gesa meraih sesuatu sebelum tiba waktunya, maka dia akan dihukum dengan tidak boleh mendapatkan hal itu.". Sebagai permisalan pelajar yang dituntut untuk belajar cepat dengan kurikulum yang cepat.
Untuk itu ada kiat-kiat istiqomah dalam belajar agama dengan waktu yang singkat, sedangkan aktifitas kita begitu sibuk. inti dari ini semua kembali kepada hadits..
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)
Tidak semua ilmu agama wajib dipelajari seperti ilmu ushul fiqih, atau dalam bahasa arab ada balaghoh, dan lain sebagainya.
Kita tidak diharuskan untuk menjadi seorang ustadz, karena ada bagiannya masing-masing, seperti sebagai insinyur, pedagang, dokter, dll. Seperti di jaman sahabat, tidak semua sahabat menjadi seorang ulama.
Maka dari itu untuk mengatur waktu belajar agama, hendaknya dimulai dengan hal yang wajib kita pelajari.
1. Ilmu agama seperti aqidah dan tauhid, yg ini tidak ada tawar menawar lagi dan ini adalah inti dari dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana firman Allah,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat : 56).
Mengapa demikian? Agar aqidah kita tidak mudah goyah, tidak mudah ditipu oleh kelompok sesat seperti liberal dan lainnya.
Kemudian daripada itu kita harus memperhitungkan skala prioritas. Sebagai contoh "seperti ada seseorang melakukan riba sekaligus pergi ke dukun, maka yg kita dahulukan adalah dakwah tauhid yaitu pergi ke dukun tadi, jika kita mau melihat skala prioritas". Karena dosa syirik lebih berbahaya daripada dosa riba.
2. Fiqih muamalah, keseharian seperti fiqih sholat, zakat, thoharoh, dsb. Bagaimana cara sholat yg benar, cara menghitung zakat maal jika telah mencapai haul dan nishob, dsb.
3. Adab dan akhlak seorang muslim.
Bagaimana adab keseharian seperti ketika berdagang, adab suami kepada istrinya dan sebaliknya, adab anak kepada orang tua, adab bertetangga, dll.
Kebanyakan dari kita merasa sulit untuk belajar karena cara belajar yang salah. Kita tidak belajar sesuai urutan, tidak belajar dari yang dasar dan ringan dulu, tetapi langsung belajar tentang permasalahan yg besar seperti iftiroqul ummah (perpecahan umat; firqoh-firqoh).
Tidak memulai dengan belajar adab dan akhlak.
Ulama mengatakan,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Ibnul Mubarok mengatakan, "dahulu aku belajar adab selama 30 tahun dan belajar ilmu selama 20 tahun".
Jika kita melihat sejarah dahulu tidak ada pertentangan antara ilmu dunia dan ilmu agama. Mendalami agama bukan halangan. Sejarah kejayaan Islam mengatakan mereka (ulama salaf) juga sibuk dengan dunia tetapi tidak lupa dengan agama seperti Imam Abu Hanifah rahimahullah seorang pedagang besar, sahabat Abdurrahman bin 'Auf rodhiyallahu 'anhu juga seorang pedagang besar yg sukses dan ulama lainnya. Siapa bilang pedagang tidak bisa menjadi ulama. Caranya dengan mendalami ilmu alat, kunci untuk memahami agama yakni dengan bahasa Arab.
Membagi Waktu Dunia dan Belajar Agama
Ada beberapa tips dan trik Kunci utama untuk membagi waktu:
1. Rasa cinta terhadap ilmu dan kebahagian dalam belajar agama. Tentunya ini akan didapat bagi seorang yang diberikan nikmat oleh Allah.
Sedikit yang Allah berikan nikmat ini kepada hambaNya.
Beliau memisalkan syaikh Albani rahimahullah yang ada di depan kitabnya selama 20 jam.
Kemudian beliau menyebutkan hadits,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
"Barang siapa yang Allah inginkan kebaikan baginya, maka Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama".
Apabila kita sudah merasa cinta, merasa senang dan bahagia ketika menuntut ilmu agama dan mengamalkannya, maka kita akan memprioritaskan. Jika sudah demikian maka kita akan menghabiskan waktu untuk hal yang kita cintai apapun keadannya (dalam hal ini adalah ilmu).
Cinta butuh bukti dan pengorbanan. Kita mengaku cinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kita pelajari Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengamalkannya, bukan sekedar klaim bahwa kita cinta. Karena jika hanya cinta semua orang bisa mengklaim.
Sebagaimana Allah berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (QS. Alu Imron: 31).
Syair Arab,
كُلٌّ يَدَّعِي وَصْلاً بِلَيْلَى … وَلَيْلَى لَا تُقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَا
"Semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila…
Namun Laila menolak pengakuan mereka itu…"
Kemudian beliau memberi contoh mahasiswa yang disibukkan dengan kegiatan kampus tapi masih bisa nonton film Korea, main game dan hal lain dari sesuatu yang dicintainya. Kenapa bisa begitu? Karena mereka senang dan cinta dengan hal tersebut, jadi mereka akan meluangkan waktu khusus untuk memenuhi rasa cintanya terhadap hal tersebut.
Cara Menjaga Keistiqomahan dalam Belajar Agama
Dalam hal ini bagi kita yang tidak sempat untuk belajar di pesantren..
1. Pertama yang perlu kita pahami adalah ilmu adalah wasilah. Ilmu bukan tujuan utama tetapi tujuan utama kita adalah amal.
Allah menyebutkan di dalam Al Qur'an "Balasan bagi yg mengamalkan", bukan balasan bagi yg mengetahui.
Yg dicari dari ilmu adalah keberkahannya. Tujuan kita bukan semata mata ilmu, tapi bagaimana ilmu tersebut menjadi berkah. Maksudnya adalah dengan ilmu itu kita bisa beramal, bukan sekedar sebagai wawasan.
Ilmu itu didatangi bukan kita yang didatangi ilmu. Apalagi di jaman sekarang banyak sarana untuk memperoleh ilmu, akhirnya ilmu hanya sebagai wawasan dan ini yang menjadikan ilmu itu tidak berkah.
Contoh si A banyak hafal dalil tentang sabar, kemudian si B mungkin tidak seperti si A. Dia hanya hadir majlis dan ingat sedikit saja tentang ilmu sabar seperti "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yg sabar". Kemudian si A mengalami musibah ban bocor maka dia marah sambil menendang motornya. sedangkan B mengalami musibah rumahnya kebakaran, tapi dia bersabar atas musibah itu. Maka dipastikan ilmu si B lebih berkah dari si A tadi.
2. Kemudian jangan lupa niat ikhlas dalam menuntut ilmu.
3. Apapun kondisinya jangan pernah meninggalkan majlis ilmu secara total.
Ada dua tips agar istiqomah dalam menuntut ilmu agama, yaitu:
1. Niat yg Ikhlas, dan
2. Adanya teman yang sholeh yang nantinya akan selalu mengajak kita untuk hadir ke majlis ilmu, selalu menasehati kita tatkala kita hilang dari peredaran dakwah.
برك الله فيكم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لااله الا انت استغفرك وا توب اليه
Oleh Ustadz dr. Raehanul Bahraen, Msc. Sp. PK.
(Saat menjadi pemateri Tabligh Akbar di Masjid Al-Furqon, Maesan, Bondowoso. Dengan tema "Manajemen Waktu Belajar Agama")
---------
Editor: Mansyur Efendi
Sumber: Media Dakwah Masjid Al-Furqon
Komentar
Posting Komentar