Langsung ke konten utama

Pengingat Kebenaran


Adab berteman, bermasyarakat, atau bersosial merupakan sifat sosial manusia itu sendiri. Memberikan manfaat sosial terhadap sesama makhluk sosial. Dalam Islam, tugas seorang muslim yaitu dengan memberikan pemahaman yg benar adalah benar, dan salah adalah salah sesuai dengan apa yang ia pahami dalam syariat Islam. Tidak ada maksud maksud lain seperti meggunjing (ghibah), dan memberikan penilaian negatif kepada orang lain tanpa adanya kebanaran yang terjadi, ini bisa menjadi fitnah. Menjadi pemicu kebisingan sosial yang mengganggu keharmonisan dalam berkehidupan dan bermasyarakat.

Dalam Islam ada tradisi 'Saling Mengingatkan' yang berarti mengarahkan kembali kepada garis kebenaran. Dengan tujuan meluruskan yang salah sebagai bentuk manfaat yang diberikan manusia satu terhadap manusia yang lainnnya. Kata 'Saling' mengandung arti hubungan timbal balik. Sebagai contoh, "Jika kamu salah, aku yang akan mengingatkan, atau orang lain yang mengingatkan, dan jika aku salah, kamu yang akan mengingatkan, atau orang lain yang mengingatkan." Pada akhirnya, hubungan timbal balik ini menjadi berfungsi karena tugas kemanusiaannya sendiri. Seseorang yang tidak bertugas untuk menjadi pengingat kebenaran, ia bisa dikatakan tidak melakukan tugas kemanusiaannya. Pada konteks ini, kepedulian terhadap sesama masih dinilai kurang, karena menyuarakan kebanaran kepada orang lain adalah bentuk kepedulian dan tidak bermaksud untuk menghakimi. Manusia bisa menjadi bagian dari sesama termasuk sebagai pengingat kepada kebenaran, serta tugas-tugas kemanusiaan lainnya yang lebih kompleks sesuai dengan aturan syariat. Ada kemungkinan diterima dan ditolak, karena tugas kemanusian yang mulia memang tidak selalu disambut baik.

Berikut referensi Ayat, Firman Allah dalam Al-Quran Surat Luqman ayat 17:

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

"Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting." (QS. Luqman: 17).

Himbauan Islam dalam berkehidupan sosial adalah untuk meresonansikan kebenaran. Menjadi tugas mulia bagi manusia yang individu atau berkelompok-kelompok untuk saling memberikan dukungan demi melestarikan kebenaran dan segala hal yang dicakup. Tugas kemanusiaan menjadi usaha bersama-sama agar terkumpul kekuatan jiwa dengan tujuan menjadi ringan dan sabar dalam ditempa rumitnya perjuangan.

Firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 2:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَاب

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya." (QS. Al-Maidah: 2).

Semangat juang timbul karena adanya internalisasi hukum Islam yang begitu erat dalam diri manusia. Menyiratkan hukum-hukum Allah yang begitu tetap dibangun diatas keteguhan jiwa manusia. Kebenaran tak terelakkan meski tidak menjadi pandangan utama yang dipercaya. Namun, kekuatan jiwa dalam mengemban tugas kemanusiaan menjadi penting untuk menegakkan konsentrasi perjuangan.

Saatnya telah tiba bagi manusia yang memiliki kepedulian, membangun pola kehidupan manusia yang bermartabat dan berkemanusiaan yang damai diatas agama Allah. Mensyiarkan ajaran Islam dalam segala metode, manjadi pengingat kebenaran yang baik dengan menggunakan strategi-strategi yang mudah diterima. Dengan demikian, kepedulian akan sesama akan terlihat. Sesuatu yang berhasil dan memberi manfaat tidak mungkin terbentuk tanpa perilaku yang unggul, maka spirit perjuangan harus senantiasa selalu kuat dan tidak dibangun diatas hati yang lemah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menaruh Harapan

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud (Wikipedia). Harapan merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia sebagai bentuk dari ekspresi atau keinginan yang akan dicapai. Wujud dari harapan adalah adanya kepercayaan dalam diri bahwa akan ada kebaikan yang datang menghampiri sesuai dengan keinginan hati. Hal ini dinilai sebagai bagian dari ikhtiar yang ditujukan pada pemikiran positif dan optimis akan sesuatu. Pada tanggal 1 Muharram 1439 Hijriah menjadi media untuk berharap, menemani rentetan usaha yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan. Tahun yang lalu merupakan pelajaran penting yang bisa diambil hikmah dari setiap kejadian pahit dan manis yang dialami. Bilamana terdapat kesalahan, cara terbaik yang dilakukan adalah berben