Langsung ke konten utama

Poin-poin inti penjelasan Syaikh Utsman al-Khamis tentang Kenapa Syiah Membenci Aisyah

Syi'ah mencela 'Aisyah "ummul mukminin" karena ingin meruntuhkan sumber-sumber utama pendalilan ahlussunah.

'Aisyah meriwayatkan lebih dari 2000 hadits Nabi. Terbanyak di antara istri-istri Nabi yang lain, bahkan jika semua riwayat istri-istri Nabi dikumpulkan, riwayat dari 'Aisyah masih lebih banyak. Dia wanita yang paling cerdas.

Apakah 'Aisyah membenci ahlul bait..?? Sama sekali tidak. Buktinya yang meriwayatkan hadits bahwa Fathimah adalah sayyidah wanita di surga adalah 'Aisyah, yang meriwayatkan hadits tentang fadhilah al-Hasan juga 'Aisyah.

Agama Syi'ah tidak punya satu pun sanad al-Quran maupun hadits. Mereka tidak mampu mendatangkannya sampai saat ini. Sanad murni dari mereka, yang bersambung ke Nabi, dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, mereka sama sekali tidak punya. Mau tidak mau mereka kembali ke sanad ahlussunah.

Sangat mudah bagi orientalis mendebat Syi'ah. Jika Yahudi tidak punya sanad Taurat sampai ke Musa 'alaihissalam, Nashrani tidak punya sanad Injil sampai ke 'Isa 'alaihissalam, maka orientalis juga akan meminta Syi'ah untuk mendatangkan sanad al-Quran mereka yang sampai ke Muhammad ﷺ. Mau tidak mau Syi'ah akan merujuk ke sanad-sanad ahlussunah. Di saat itu, orientalis dengan mudahnya akan mengatakan; kami tidak terima sanad ahlussunah, karena mereka kafir menurut kalian, datangkan sanad murni dari kalian. Syi'ah tidak akan mampu. Karena tidak punya sanad (yang murni dari mereka) sekalipun hanya satu sanad.

Intinya, Syi'ah hasad pada ahlussunah yang punya ribuan sanad yang bersambung ke Nabi dan Allah. Sebagaimana Yahudi dan Nasrani hasad pada Islam. Akhirnya satu-satunya cara adalah dengan meruntuhkan kredibilitas para pembawa riwayat dari Nabi, dan salah satunya adalah 'Aisyah.

Syi'ah pada hakikatnya ingin menyasar Islam dan kaum muslimin. Mencela 'Aisyah adalah kendaraan mereka untuk melampiaskan tujuan syaithaniyyah tersebut. *Agar kita jadi kuffar, sama seperti mereka
    
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً ۖ
             
"Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka)..." (QS. An-Nisa: 89)

  
Sumber instagram @ikhwan.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengingat Kebenaran

Adab berteman, bermasyarakat, atau bersosial merupakan sifat sosial manusia itu sendiri. Memberikan manfaat sosial terhadap sesama makhluk sosial. Dalam Islam, tugas seorang muslim yaitu dengan memberikan pemahaman yg benar adalah benar, dan salah adalah salah sesuai dengan apa yang ia pahami dalam syariat Islam. Tidak ada maksud maksud lain seperti meggunjing (ghibah), dan memberikan penilaian negatif kepada orang lain tanpa adanya kebanaran yang terjadi, ini bisa menjadi fitnah. Menjadi pemicu kebisingan sosial yang mengganggu keharmonisan dalam berkehidupan dan bermasyarakat. Dalam Islam ada tradisi 'Saling Mengingatkan' yang berarti mengarahkan kembali kepada garis kebenaran. Dengan tujuan meluruskan yang salah sebagai bentuk manfaat yang diberikan manusia satu terhadap manusia yang lainnnya. Kata 'Saling' mengandung arti hubungan timbal balik. Sebagai contoh, "Jika kamu salah, aku yang akan mengingatkan, atau orang lain yang mengingatkan, dan jika aku salah,

Menaruh Harapan

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud (Wikipedia). Harapan merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia sebagai bentuk dari ekspresi atau keinginan yang akan dicapai. Wujud dari harapan adalah adanya kepercayaan dalam diri bahwa akan ada kebaikan yang datang menghampiri sesuai dengan keinginan hati. Hal ini dinilai sebagai bagian dari ikhtiar yang ditujukan pada pemikiran positif dan optimis akan sesuatu. Pada tanggal 1 Muharram 1439 Hijriah menjadi media untuk berharap, menemani rentetan usaha yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan. Tahun yang lalu merupakan pelajaran penting yang bisa diambil hikmah dari setiap kejadian pahit dan manis yang dialami. Bilamana terdapat kesalahan, cara terbaik yang dilakukan adalah berben